Langsung ke konten utama

Kamisku Manis

Kamis, 17 November 2022
Hari ini menjadi salah satu hari yang paling bikin deg degan atau nervous, bagaimana tidak? Si demam panggung ini mengharuskan dirinya untuk maju di depan podium yang tinggi dan berbicara di depan ratusan mata. Bermula dari hari rabu, 9 November 2022 mendadak pak nuril wa saya untuk saya jadi pembina upacara pada upacara rutin civitas pendidikan di tiap bulannya. Seperti disambar petir di siang bolong, rasanya tidak sanggup diri ini untuk mengiyakan. Saya hanya menjawab dengan mengelak dan menolak. Sebenarnya tidak enak jika menolak terus-terusan, seperti ada yang mengganjal. 

Saat kelas menulis, saya ceritakan hal ini kepada miss uun, miss uun berkata untuk menceritakan saja pengalaman ini di depan anak-anak terkait ke nervous an menjadi pembina upacara. Dan kebetulan pas hari kamis, pak nuril menelfon saya, katanya tidak apa-apa menjadi pembina upacara. Ya sudah meski masih mengelak sebentar, cuman diyakinkan lagi sama pak nuril dan miss uun pasti bisa. Ok deal diterima tantangannya.

Jadi, setelah mendapat kabar itu, sejak kamis mulai kepikiran, mau mengatakan apa ya saat nanti upacara, sampai tidak bisa tidur, di tengah-tengah tidurku, aku terbangun dan kepikiran lagi, begitu saja seterusnya setiap hari. Di mananapun kuberada, di otak sambil memutar dan mencari inspirasi, intinya oke tetap pada kedredeganku itu, lalu apa dong lanjutannya masa itu aja? Oke, berlanjut kembali, sambil merangkai kata di otak dan di hati setiap saat setiap waktu. Hingga suatu ketika. Duer. Ya sepertinya ada. 

H-2 aka Selasa, 15 November 2022 saya ke ndalem karena ingin menjenguk Romo, di sana bercerita kalau besok kamis mau jadi pembina upacara, saya tanya ke Romo, ngendikan Romo adalah ‘nyatakke pengalaman’, lalu kubertanya kepada Beliau, apakah harus sering-sering maju di depan? Beliau ngendikan ‘yo ora kudu’, intinya adalah ‘nderek guru, nderek dhawuh’ begitu ngendikan Romo. Lalu diakhiri dengan “rilex wae”. Oke ini obat yang meski sedikit pun itulah intinya. 

H-1, Rabu 16 November 2022. Di kantor sampai jam 15.00 karena ada rapat dengan teman-teman SD, lalu jam 15.00 pulang sesampai di rumah disambut oleh ibuk, kita ngobrol-ngobrol terkait kasur dan akhirnya keluar dan beli kasur untuk di depan tivi, kasur yang tipis saja supaya tidurnya avy tidak langsung di lantai. Kemudian berangkat ke warujayeng. Jam 16.30 sudah di rumah. Saya membuka laptop dan mencoba menulis apa yang ingin saya sampaikan. Nah, disini cerita yang sangat berkesan buatku yakni sesorean sampai malam, si avy saya jadikan penonton dan anehnya dia sangat setia mendengarkan, tidak rame, dan dengan posisi duduk sigap siap mendengarkan sampai berrrrkali kali, hingga jam 20.30, dia minta makan karena lapar mendengar ibunya ngomong terus dengan perkataan yang sama, ohya, dia bahkan memberi skor juga atas apa yang saya sampaikan. Xixixi... 

Jam menunjukkan pukul 21.00 dan saya masih berlanjut bicara hal yang sama, kemudian si avy berkomentar ‘ibuk, aku sampek ngantuk lho pengen bobok rasane denger ibuk ngomong yang sama terus-terusan’. Lalu dia mengambilkan boneka-boneka yang banyak dan bilang ‘ini buk penggantinya avy, malah banyak penontone gak Cuma satu’. Wkwkwkwk ketawa lah aku, baiklah aku bicara di depan boneka-boneka itu. Hingga akhirnya si avy pun tertidur. Waktu menunjukkan pukul 23.00 dan saya masih belum bisa tidur meski sudah tidak latihan lagi. Bahkan sudah seperti pasrah. Ya sudah apa kata besok. 

Hari H, Kamis, 17 November 2022. Di pagi hari saya beberes rumah dengan tangan dan kaki gemetar, seakan bumi tak kuat menahanku, rasanya goyang-goyang badanku. Kemudian ku mulai lagi bicara di ruang makan, sambil berdiri, diulangi ulangi dan ulangi. Begitu seterusnya. Jam 6.40 menuju SD dan ada mb siska di kantor, bahkan teman-teman sd tak ada satupun yang kuceritakan. Intinya, mulutku diam seribu bahasa. 

Mengarahkan anak-anak SD ke barisannya, kemudian di sana bertemu petugas upacara yang berkata “ustadzah ya pembinanya” bahkan anak SMA kelas X ada yang tahu dan menanyakan hal yang sama. Pun saya juga menjawab “oh tidak, kan petugasnya SMP, jadi pembinanya ust nuril”. Daaan doa pagi dimulai. Selesai doa kami menuju ke tempat yang disediakan untuk para asatidz. Dan upacara dimulai gaes. Aduh nervous ampun Ya Allah.. gimana ini.. oke mensugesti diri sendiri, ingat pesan Romo “rilex wae”. Meski tetap ternyata susah sekali untuk tak rilex. Oh tidaakkk.. MC bilang “pembina upacara dipersilahkan memasuki mimbar”. Ya sudah jalan aja kan ke depan. Hmmmmmmm......

Teks pidato ada juga lho...

Selesai sudah upacara dan kembali ke tempat asatidz, bu husnun langsung merangkul saya, semua memberi ucapan selamat dan ada yang terharu juga bahkan menangis gara-gara isi pidato saya. Yakni bu ervin. Bahkan bu zak pun juga ikut tegang. Intinya semua seperti ikut merasakan apa yang sedang kurasakan. Nah, saat kembali ke kantor SD, pak hendrik juga ikut saya ke SD dan memberi dukungan. Ah semua mendukung intinya. Alhamdulillah tak terkira, benar-benar lemes badan ini. 

Nah, teman-teman SD langsung masuk semua ke kantor saya dan mereka super heboh. “lho.. lho lho bu bos kok tau-tau jalan ke depan, pembinanya ini”, “eh, apa kemarin bu fifit cerita to ke sampean mbak, kok aku gak  tau” ujar mb if ke mba ida, mba ida menjawab “enggak, aku juga ga tau lho dek’, dan diantara mereka semua bertanya barangkali ada yang diceritani, nyatanya tak ada satupun teman SD yang kukabari. Xixixiix... (percakapan mereka di barisan upacara, mereka ternyata heboh sendiri, baik di barisan upacara plus saat di kantor). 
Mb ida bilang, “ust ust, itu yang membaca teks pancasila kok kayak kenal ya aku suaranya” ujar Kiya anak kelas 5. “iyaa itu ustazah fifit mas kiya”. “lho, di mana too”. “ituuu lhoo di depaan”... “oalaaahhh” ujar semua anak-anak SD di barisan mereka. Lalu, “kenapa to kok pada tepuk tangan” ujar rizal anak kelas 1, “iyaa itu lho kasih tepuk tangan ke kalian anak-anak SD” “lha kenapaa dzah”, “ya karena kalian anak-anak hebat dan luar biasa”. “oooohhhh”.. ujar anak-anak kelas 1 di barisan upacara. Ya ampun kenapa lucu sekali ternyata cerita mereka di balik panggung. Jadi gemeszz..

Tak kalah serunya adalah, saat di sekolah pun... pertama kali ketemu anak-anak setelah turun panggung dan bertemu  mereka di halaman sekolah bisa-bisanya anak-anak ndelongop “tadi itu i apa ustadzah to yang maju”. “lhaa kalian lihatnya siapa mas tadi yang di depan”, “ya ustadzah sih, kok bisa ya”. “ya bisa dong, kan belajar”, yang lain juga ikut nyeletuk “aku juga nanti kalau besar pengen bisa maju dan bicara di depan kayak ustadzah”, dan anak lain masih ndlongop. Bahkan banyak dari mereka memberikan ucapan selamat, “ustazah, selamat ya dzah”. Dan satu persatu anak-anak salaman dengan saya. Bikinku terharuuu kalian tuuh... dan, saat waktu sela mau jamaah, saya duduk di dekat agil, agil tanya “tadi ustadzah ke depan yaa” lalu saya tanya “iyaa,, gimana mas agil pidatonya ustadzah? Ada yang kamu ingat?” “ada, mobil”, ha? Mobil? Kayaknya ustzh tadi ndak bilang mobil deh, “lho kok malah ustazah to yang lupaa” sambil dia tertawa, “trus apa lagi yang diingat” katanya “suara Ustazah imut”, jiakakakak saya yang ganti ngakak deh... dan tiap ketemu saya, dia bilang “ustazah suaranya imut” ya ampunn gemess.. dan setiap kita tidak sengaja bertemu, kita langsung ketawa ketiwi.. 

Meski teks yang saya buat tidak persis seperti yang saya ucapkan di podium, bahkan lebih bisa berkembang, saat saya mengatakan “terimakasih untuk petugas upacara” dan di tengah-tengah saya cerita terkait kaki kanan saya yang berasa kaku, kemudian ucapan terimakasih kepada anak (avy) karena seharian sudah dijadikan audience. Dan saat saya selalu bilang “anak-anak hebat dan luar biasa”, lalu saat saya berkata kita mungkin tidak bertemu Romo saat malam jumat dan malam sabtu, maka selalu saja kita doakan kesehatan untuk Romo, dan disitulah.. saya melihat anak-anak SMA khususnya yang putri juga menangis dan mengusap air matanya dengan jilbab mereka. Dan yang membuat saya tegar adalah saya tidak terbawa arus menangis itu, meski berkali-kali mengucapkan Romo Kyai, ini lah yang disebut direkso, karena tidak lucu saat saya memberi pidato saya menangis sampai tersedu-sedu. Tidak semuanya bisa di depan panggung, namun tetap ada yang demam panggung, saya melihat seorang anak SMA yang biasanya jadi MC malah menganggung mengiyakan apa yang saya katakan, ini menunjukkan bahwa ia yang sudah terbiasa jadi MC saja masih mengalami itu. Dan masih banyak lagi kata-kata yang spontan yang saya ucapkan di atas podium. 

Terimakasih Romo, terimakasih miss uun, terimakasih bulek-bulekku, terimakasih teman-teman kelas literasi kembang tanjung, terimakasih buat ustad nuril khususnya karena diberi kesempatan ini, buat semua ustadz yang ikutan nervous, avy yang setia mendengar, dan tentu boneka-boneka itu, dan terspesial anak-anakku yang super imut dan menggemaskan dengan reaksi mereka yang tak bisa kulupakan. Hari ini adalah hari luar biasa dan hebat buatku. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuatkan Dirimu!

Kita lemah karena dari 'lemah' Tanah itu berilmu, ia menumbuhkan pepohonan dan mengokohkan para penghuni tanah Kita seharusnya berilmu karena sejatinya tanah adalah tempat berpijak kita yang kuat Maka kita bukan lemah sebenarnya kita mampu dan kuat menghadapi detik demi detik berganti hari minggu bahkan sekarang Terimakasih karena badan ini telah kuat menjalani lika liku hidup Yakini kita tidak sendiri, Ia ada Pun teman yang peduli sudah lebih dari cukup Tidak ada alasan untuk menjadi lemah dan lelah Hidup terus melangkah Menuju muara bersama Sang pemberi arah Maka lihatlah 204 pasang mata  Mengarah pada kita  Merekalah para kader generasi Romo Maka, kuatlah! 

Menjuntai Kata, Detik Bertaut.

Keluarga adalah membongkar malam menapak angkasa. Keluarga adalah melirik bulan di langit malam. Keluarga adalah merajut bilangan menanggalkan alasan.  Makam adalah tanah pijakan bertabur sajak. Dinding adalah rambatan gelora nafas merangkai warna kenangan.  Mencintai. Tatkala ombak beraromakan tanah hujan, berpadu melayang bak deburan oasis. Mencintai; kristal senja menjelma jiwa penghuninya.  Bayangan; desiran laras kepedihan di ambang keabadian, terasa hening berdentingan.  At kelas menulis.  Kamis, 24 Desember 2020

Sebuah Cerita Pengalaman

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarakaatuh Bismillahirrahmanirrohim Yth ketua stt pomosda, kepala sekolah smp dan sma pomosda beserta manajemen dan para asatidz yang berbahagia sekaligus yang kami sayangi santri pomosda dari sd-smp-sma dan mahasiswa stt  Pertama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat dzat Allah asmanya yang telah memberikan kita limpahan serta berkahnya kepada kita semua sehingga pada pagi yang cerah ini kita dapat melaksanakan upacara rutin setiap bulan pada tanggal 17 dalam keadaan sehat wal afiat Sholawat serta salam selalu kita haturkan kepada baginda nabi muhammad saw dan juga para penerusnya Guru Wasithah yang keberadaannya selalu berada di tengah tengah kita yang tidak bosan tidak waleh membimbing kita semoga kita semuanya mendapatkan berberan berkah sawab dan pangestuNya. Aamiin..  Dan terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada kami, khususnya saya karena bisa berdiri di sini di depan teman-teman semua, dengan keadaan yang lumayan ...