Mengingatkan orang dengan berbagai karakter agaknya adalah hal yang rumit untuk dilakukan. Sepertinya kita kudu
punya trik untuk mengingatkan atau kita yang belum siap mengingatkan? Bahkan kita tidak siap diingatkan? Ya salah satunya.. maka, yang bisa dilakukan adalah sak dermo mengingatkan, setingkat mampu kita, jika orang yang diingatkan malah marah, emosi, tidak mau menyapa kita, bahkan tidak mau merubah tabiatnya itu semata semua adalah kehendak-Nya. Kita hanya sak dermo menjalani dan untuk pembelajaran kita. Pembelajarannya di mana? Belajar mengatur strategi, cara, langkah-langkah dalam mengingatkan orang, butuh proses yang sangat panjang untuk orang dengan tingkat kemarahan sangat tinggi atau tingkat emosi tinggi, kita jika tidak siap dan tidak belajar cuek, kitalah yang nggak kuat. Maka harus belajar bener-bener ikhlas, setelah kita ingatkan, pasrahkan semua pada-Nya, biar Tuhan yang memproses. Nggak perlu terlarut-larut tidak enak, kepikiran yang terlalu, ingat, orang seperti itu nggak perlu dipikir dalam-dalam, dia saja belum tentu memikirkan nasibnya sendiri, bagaimana tidak? Ia saja tidak mau merubah dirinya, mengapa kita repot-repot merubahnya? Biarkan Tuhan yang bergerak. Ini adalah pikiran terjahat saya setelah melalui itu semua. Untuk apa? Untuk meredam pikiran over thinking saya yang kalau dituruti bisa berdampak pada kesehatan hati dan pikiran, merusak segala hal di sekitar saya. Belajar cuek, pasrah, ikhlas. Jadilah orang yang kalau dibenci cuek, tidak disapa tetap tatag menghadapi, tidak digugu tetap sabar, tidak disukai tetap menyukai. Karena hanya karena-Nya lah kita bisa.
Sehingga saya pun teringat oleh Mbah Kyai Munawar yang dibenci oleh seluruh teman-temannya di DPR karena ketegasannya dan berani pada jalurnya yang benar. Itu adalah harga sebuah resiko. Jelas saya tidak bisa menyamai Beliau, namun belajar dari Beliau, tetap santai dan rilex menghadapi segala macam problema.
Komentar
Posting Komentar